MORAL AGAMA SEBAGAI SUMBER MORAL AKHLAK MULIA DALAM KEHIDUPAN AGAMA SEBAGAI SUMBER MORAL A. Pengertian Agama A dan gama = tidak dan kacau atau teratur. Secara bahasa, dalam kamus bahasa Indonesia, agama adalah prinsip kepercayaan kepada Tuhan dengan aturan-aturan syariat syariat tertentu. Secara terminologis, Hasby as-Shiddiqi mendefinisikan agama sebagai undang-undang ilahi yang didatangkan Allah untuk menjadi pedoman hidup dan kehidupan manusia di alam dunia untuk mencapai kerajaan dunia dan kesentosaan di akhirat. Agama adalah peraturan Tuhan yang diberikan kepada manusia yang berisi sistem kehidupan manusia untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Endang Saefudin Anshari menyimpulkan bahwa agama meliputi: sistem kredo kepercayaan atas adanya sesuatu yang mutlak di luar manusia; sistem ritus tata cara peribadatan manusia kepada yang mutlak; dan sistem norma atau tata kaidah yang mengatur hubungan manusia dengan sesama manusia dan hubungan dengan alam lainnya sesuai dan sejalan dengan tata keimanan. AGAMA SEBAGAI SUMBER MORAL Jadi secara istilah dapat disimpulkan, Agama (الدين) adalah hukum-hukum yang disyariat oleh Allah untuk hamba-hambanya. AGAMA SEBAGAI SUMBER MORAL مَا كَانَ لِيَأْخُذَ أَخَاهُ فِي دِينِ الْمَلِكِ إِلاَّ أَن يَشَاءَ اللّهُ Tiadalah patut Yusuf menghukum saudaranya menurut undang-undang raja, kecuali Allah menghendaki-Nya. (Q.S. Yusuf: 76) لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku (Q.S. Al-Kafirun: 6) وَقَاتِلُوهُمْ حَتَّى لاَ تَكُونَ فِتْنَةٌ وَيَكُونَ الدِّينُ كُلُّهُ لِلّه Dan perangilah mereka, supaya jangan ada fitnah dan supaya agama itu semata-mata untuk Allah (Q.S. Al-Anfal: 39) AGAMA SEBAGAI SUMBER MORAL شَرَعَ لَكُم مِّنَ الدِّينِ مَا وَصَّى بِهِ نُوحاً وَالَّذِي أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ وَمَا وَصَّيْنَا بِهِ إِبْرَاهِيمَ وَمُوسَى وَعِيسَى أَنْ أَقِيمُوا الدِّينَ وَلَا تَتَفَرَّقُوا فِيهِ كَبُرَ عَلَى الْمُشْرِكِينَ مَا تَدْعُوهُمْ إِلَيْهِ اللَّهُ يَجْتَبِي إِلَيْهِ مَن يَشَاءُ وَيَهْدِي إِلَيْهِ مَن يُنِيبُ Dia telah mensyari’atkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu : Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. Amat berat bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru mereka kepadanya. Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (agama)-Nya orang yang kembali (kepada-Nya). (Q.S. As-Syura: 13) إِنَّ الدِّينَ عِندَ اللّهِ الإِسْلاَمُ Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam AGAMA SEBAGAI SUMBER MORAL B. Pengertian Moral, Susila, Budi Pekerti, Akhlak, dan Etika 1. Pengertian Moral Kata moral berasal dari bahasa Latin mores yang berarti kebiasaan (Daud Ali,2005:353). Moral juga berarti ajaran tentang baik buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap, dan kewajiban (Kamus Besar, l990: 592). Dengan pengertian semacam ini moral berfungsi sebagai standar ukuran suatu perbuatan itu baik atau buruk menurut adat istiadat atau pandangan umum suatu masyarakat, jadi bersifat lokal. Sesuatu dikatakan baik menurut adat istiadat di Minangkabau Sumatera belum tentu baik menurut adat istiadat di jawa Tengah. Setiap kelompok masyarakat yang mendiami suatu wilayah memiliki adat istiadat sendiri-sendiri, dengan demikian juga memiliki standar moral sendiri-sendiri pula. (Asmaran, l994: 4). Moral memang bersifat lokal. AGAMA SEBAGAI SUMBER MORAL 2. Pengertian Etika Searti dengan moral adalah etika. Etika berasal dari bahasa Yunani ethos yang berarti kebiasaan, bisa kebiasaan baik atau kebiasaan buruk (Daud Ali, 2005:354). Akan tetapi antara moral dan etika ada perbedaannya. Etika lebih dipandang sebagai ilmu atau filsafat (Mustofa,ed.,2006: 256). Disebutkan bahwa etika adalah ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk serta tentang hak dan kewajiban moral (Kamus Besar, l990: 236). Dengan demikian standart baik dan buruk ditentukan akal sehat dari sang filosof atau ilmuwan, bukan adat istiadat sesuatu masyarakat. AGAMA SEBAGAI SUMBER MORAL 3. Pengertian Susila Di dalam bahasa Jawa dikenal istilah susilo (dalam ejaan bahasa Indonesia menjadi susila) dan berarti sopan, baik perilakunya, atau memiliki tatakrama (Mangun Suwito, 2002:142). Bersusila identik dengan moralis, artinya orang yang baik perilakuknya, orang sopan, dan orang yang memiliki tatakrama, dalam bahasa Jawa disebut memiliki unggah-ungguh. Moralis atau susila jika dikaitkan dengan etika laksana fondasi dan bangunan. Etika sebagai ilmu atau filsafat menjadi landasan berperilaku untuk menjadi manusia moralis. Etika identik dengan potensi, dan moral atau susila sebagai aktualisasinya. AGAMA SEBAGAI SUMBER MORAL 4. Pengertian Akhlak Berdekatan dengan term moral, etika, dan susila, dalam Islam dikenal istilah akhlaq (dalam ejaan bahasa Indonesia menjadi akhlak). Akhlak menjadi salah satu kerangka dasar Islam di samping aqidah dan syari’ah (Daud Ali, 200:l33). Dengan demikian akhlak menempati posisi penting di dalam Islam. Nabi Muhammad mengaku: انما بعثت لاتمم مكا ر م الاخلا ق (رواه البيهقى)  Artinya: Aku di utus hanyalah untuk menyempurnakan kemulyaan akhlak. (H.R. Al-Baihaqi) AGAMA SEBAGAI SUMBER MORAL Kata akhlak merupakan bentuk jamak dari kata khuluq dan berarti tingkah laku, perangai, dan tabiat (Djatnika,1987:25). Secara etimologis akhlak berarti kekuatan jiwa yang mendorong perbuatan secara spontan tanpa dipikirkan terlebih dulu (Ibnu Maskawaih, l329 H: l5). Dengan demikian akhlak berarti kualitas pribadi yang telah melekat pada jiwa. Apabila dorongan itu menurut akal maupun agama dikatakan baik, maka akhlaknya dikatakan baik pula. Ia disebut orang yang memiliki akhlakularimah. Sebaliknya, jika dorongan jiwa yang melahirkan perbuatan buruk, maka perbuatan itu disebut ber-akhlaq al-mazmumah (Mustofa, ed.,2006:256). Dalam bahasa jawa, akhlak berarti budipekerti. Orang yang selalu berbuat baik disebut berbudi bowo leksono (orang yang berbudi luhur), dan orang yang selalu berbuat jelek disebut berbudhi candholo (orang yang budi pekertinya jelek). AGAMA SEBAGAI SUMBER MORAL Baik buruk akhlak didasarkan pada sumber nilai (Ibrahim, l979:124), dalam hal ini akhlak identik dengan filsafat tingkah laku. Hanya saja sumber nilai akhlak didasarkan pada Alquran dan Hadis Nabi Muhammad. Di sinilah letak perbedaan antara etika dengan akhlak. Pertimbangan baik buruk dalam akhlak didasarkan pada wahyu, sementara etika didasarkan pada rasio, dan moral didasarkan pada kesepakatan bersama yang bersifat lokal. AGAMA SEBAGAI SUMBER MORAL C. Hubungan Moral, Susila, Budi Pekerti, Akhlak, dan Etika Etika (ilmu akhlak) bersifat teoritis sementara moral, susila, akhlak lebih bersifat praktis. Artinya moral itu berbicara soal mana yang baik dan mana yang buruk, susila berbicara mana yang tabu dan mana yang tidak tabu, akhlak berbicara soal baik buruk, benar salah, layak atau tidak layak. Sementara etika lebih berbicara kenapa perbuatan itu dikatakan baik atau kenapa perbuatan itu buruk. Etika menyelidiki, memikirkan, dan mempertimbangkan tentang yang baik dan buruk, moral menyatakan ukuran yang baik tentang tindakan itu dalam kesatuan sosial tertentu. Moral itu hasil dari penelitian etika. AGAMA SEBAGAI SUMBER MORAL Akhlak karena bersumber pada wahyu maka ia tidak bisa berubah. Meskipun akhlak dalam Islam bersumber kepada Al-Qur’an dan Sunnah sementara etika, moral, dan lain-lain, bersumber pada akal atau budaya setempat, tetap saja bahwa semuanya mempunyai keterkaitan yang sangat erat. Dalam hal ini akhlak Islam sangat membutuhkan terhadap etika, moral, dan susila karena Islam mempunyai penghormatan yang besar terhadap penggunaan akal dalam menjabarkan ajaran-ajaran Islam, dan Islam sangat menghargai budaya suatu masyarakat. Kalaupun adat lokal menyimpang, Islam mengajarkan kepada umatnya agar mengubahnya tidak sekaligus melainkan secara bertahap. AGAMA SEBAGAI SUMBER MORAL Agama Sebagai Sumber Moral Menurut kesimpulan A.H. Muhaimin dalam bukunya Cakrawala Kuliah Agama bahwa ada beberapa hal yang patut dihayati dan penting dari agama, yaitu: 1) Agama itu mendidik manusia menjadi tenteram, damai, tabah, dan tawakal 2) Agama itu dapat membentuk dan mencetak manusia menjadi: berani berjuang menegakkan kebenaran dan keadilan, sabar, dan takut berbuat dosa 3) Agama memberi sugesti kepada manusia agar dalam jiwanya tumbuh sifat-sifat mulia dan terpuji, toleransi, dan manusiawi. AGAMA SEBAGAI SUMBER MORAL Agama memiliki peranan penting dalam usaha menghapus krisis moral dengan menjadikan agama sebagai sumber moral. Allah SWT telah memberikan agama sebagai pedoman dalam menjalani kehidupan di dunia ini. Dalam konteks Islam sumber moral itu adalah Al-Qur’an dan Hadits. Dengan demikian peran agama sangat penting dalam kehidupan manusia, salah satunya, sebagai sumber akhlak. Agama yang diyakini sebagai wahyu dari Tuhan sangat efektif dan memiliki daya tahan yang kuat dalam mengarahkan manusia agar tidak melakukan tindakan amoral. AKHLAK MULIA DALAM KEHIDUPAN A. Akhlak Mulia dan Akhlak Tercela 1. Akhlak Mulia (Akhlak Mahmudah) Akhlak mulia adalah akhlak yang sesuai dengan ketentuan-ketentuanan yang diajarkan Allah dan Rasul-Nya. Menurut Imam Al-Ghazali ada empat sendi yang menjadi dasar bagi perbuatan-perbuatan baik, yaitu: 1) Kekuatan ilmu yang berwujud hikmah, yaitu bisa menentukan benar dan salah 2) Kekuatan amarah yang wujudnya adalah berani, keadaan kekuatan amarah yang tunduk kepada akal pada waktu dinyatakan atau dikekang. AKHLAK MULIA DALAM KEHIDUPAN 3) Kekuatan nafsu syahwat (keinginan) yang wujudnya adalah iffah, yaitu keadaan syahwat yang terdidik oleh akal. 4) Kekuatan keseimbangan di antara yang tiga di atas. Empat sendi akhlak tersebut akan melahirkan perbuatan-perbuatan baik, yaitu jujur, suka memberi kepada sesama, tawadu, tabah, berani membela kebenaran, menjaga diri dari hal-hal yang haram. AKHLAK MULIA DALAM KEHIDUPAN 2. Akhlak Mazmumah (Akhlak Tercela) akhlak tercela ialah yang tidak sesuai dengan ketentuan-ketentuan Allah dan rasul-Nya. Sementara empat sendi-sendi akhlak batin yang tecela adalah : (Menurut Imam Al-Ghazali) 1)      Keji, pintar busuk, bodoh 2)      Tidak bisa dikekang 3)      Rakus dan statis 4)      Aniaya Keempat sendi akhlak tercela itu akan melahirkan berbagai perbuatan yang tercela yang dikendalikan oleh nafsu seperti sombong, khianat, dusta, serakah, malas, kikir, dll. yang akan mendatangkan malapetaka bagi diri sendiri maupun orang lain. AKHLAK MULIA DALAM KEHIDUPAN B.     Akhlak Mulia dalam Kehidupan 1)      Akhlak kepada Allah Perwujudan akhlak kepada Allah antara lain : Menauhidkan, yaitu mengesakan bahwa Allah adalah pencipta, bahwa Allah yang wajib disembah oleh kita. Beribadah Bersyukur Berdoa Berdzikir Tawakal, yaitu sikap pasrah kepada Allah atas ketentuannya sambil berusaha Mahabbah (cinta), yaitu merasa dekat dan ingat terus kepada Allah yang diwujudkan dengan ketaatan kepada-Nya dan menjauhi larangan-Nya. AKHLAK MULIA DALAM KEHIDUPAN 2)      Akhlak kepada Diri Sendiri Perwujudannya yaitu : Kreatif dan dinamis Sabar Benar Amanah / Jujur Iffah, yaitu menjaga diri dari perbuatan yang dilarang oleh Allah. Tawadu, yaitu sikap rendah hati dan tidak sombong AKHLAK MULIA DALAM KEHIDUPAN 3)      Akhlak kepada Ibu, Bapak, dan Keluarga Perwujudannya yaitu : Berbakti kepada kedua orang tua Mendoakan orang tua Adil terhadap saudara Membina dan mendidik keluarga Memelihara keturunan AKHLAK MULIA DALAM KEHIDUPAN 4)      Akhlak terhadap Orang/Masyarakat Untuk dapat menjalin hubungan yang baik dengan orang lain, harus disertai dengan akhlak, antara lain: Membangun sikap ukhuwah atau persaudaraan Melakukan silaturahmi Ta’awun, yaitu saling tolong menolong dalam hal kebajikan Bersikap adil Bersikap pemaaf dan penyayang Bersikap dermawan Menahan amarah dan berkata yang baik (lemah lembut) Sikap musawah dalam arti persamaan dalam hidup bermasyarakat maupun persamaan dalam hukum Tasamuh, yaitu saling menghormati Bermusyawarah Menjalin perdamaian AKHLAK MULIA DALAM KEHIDUPAN 5)      Akhlak kepada Alam Perwujudannya yaitu : Memperhatikan dan merenungkan penciptaan alam Memanfaatkan alam

This is a minimal working example written in Markdown. To update preview, you can either use the shortcut Ctrl + Enter or click the update preview submenu under the Preview menu in the toolbar.

Math formula

Anything between two $ characters will be treated as TeX math, for example, $x^2+y^2=z^2$. For display math, use $$ delimiters.

Numbering and referencing

For any real number $x$, we have \begin{align} \exp (ix)& =\sum _{k=0}^{\infty }{\frac {(ix)^{k}}{k!}}\label{eq:1}\\ & = \cos x+i\sin x.\label{eq:2} \end{align} The equation \eqref{eq:1} is the power series definition of the exponential function, and the equation \eqref{eq:2} is known as Euler’s formula.

LaTeX package

To use a LaTeX package, include it in the latex preamble submenu under the Meta menu. Here is an example of using tikz-cd package:

\begin{tikzcd} T \arrow[drr, bend left, "x"] \arrow[ddr, bend right, "y"] \arrow[dr, dotted] & & \\ & X \times_Z Y \arrow[r, "p"] \arrow[d, "q"] & X \arrow[d, "f"] \\ & Y \arrow[r, "g"] & Z \end{tikzcd}

Theorem-like environment

I have a proof of this theorem, but there is not enough space.

You need not remember the exact syntax, the editor will help you with that.

Bibliography

Einstein’s journal paper (Einstein 1905) and Dirac’s book (Dirac 1981) are physics-related items.

Reference

Dirac, Paul Adrien Maurice. 1981. The Principles of Quantum Mechanics. International Series of Monographs on Physics. Clarendon Press.
Einstein, Albert. 1905. Zur Elektrodynamik bewegter Körper. (German) [On the Electrodynamics of Moving Bodies].” Annalen Der Physik 322 (10): 891–921.

No comment found.

Add a comment

You must log in to post a comment.